Setelah meletusnya Perang Salib Pertama dan Perang Salib 1101, ada tiga negara tentara salib yang didirikan di timur, yaitu Kerajaan Yerusalem, Kepangeranan Antiokhia, dan County Edessa. County Tripoli
didirikan pada tahun 1109. Edessa adalah negara yang secara geografis
terletak paling utara dari keempat negara ini, dan juga merupakan negara
yang paling lemah serta hanya memiliki sedikit penduduk. Maka dari itu,
daerah ini sering diserang oleh negara-negara Muslim seperti Ortoqid, Danishmend, dan Seljuk. Baldwin II dan Joscelin dari Courtenay ditangkap akibat kekalahan mereka dalam Pertempuran Harran tahun 1104. Baldwin dan Joscelin ditangkap kedua kalinya pada tahun 1122, dan meskipun Edessa kembali pulih setelah Pertempuran Azaz pada tahun 1125, Joscelin tewas dalam pertempuran pada tahun 1131. Penerusnya, Joscelin II, terpaksa bersekutu dengan kekaisaran Romawi Timur, namun, pada tahun 1143, Kaisar Romawi Timur, John II Comnenus dan Raja Yerusalem Fulk dari Anjou, meninggal dunia. Joscelin juga bertengkar dengan Count Tripoli dan Pangeran Antiokhia, sehingga Edessa tidak memiliki sekutu yang kuat.
Sementara itu, Zengi, seorang Atabeg dari Mosul, merebut Aleppo pada tahun 1128. Aleppo merupakan kunci kekuatan di Suriah.
Baik Zengi maupun raja Baldwin II mengalihkan perhatian mereka ke arah
Damaskus. Sayangnya, Baldwin dapat ditaklukan di luar kota tersebut pada
tahun 1129. Damaskus yang dikuasai oleh Dinasti Burid, selanjutnya bersekutu dengan raja Fulk ketika Zengi mengepung kota Damaskus pada tahun 1139 dan tahun 1140.[3]
Pada akhir tahun 1144, Joscelin II bersekutu dengan Ortoqid dan menyerang Edessa dengan hampir seluruh pasukannya untuk membantu Ortoqid melawan Aleppo. Zengi, yang hendak mengambil kesempatan atas kematian Fulk tahun 1143, dengan cepat bergerak ke utara untuk mengepung Edessa, yang akhirnya jatuh ke tangannya setelah sebulan pada tanggal 24 Desember 1144. Manasses dari Hierges, Philip dari Milly
dan lainnya dikirim dari Yerusalem untuk membantu, tetapi mereka sudah
terlambat. Joscelin II terus menguasai sisa wilayah Edessa dari Turbessel,
tetapi sedikit demi sedikit sisa daerah tersebut direbut atau dijual
kepada Bizantium. Zengi sendiri dipuji sebagai "pelindung kepercayaan"
dan al-Malik al-Mansur, "raja yang berjaya". Ia tidak menyerang
sisa teritori Edessa, atau kerajaan Antiokhia. Peristiwa di Mosul
memaksanya untuk pulang, dan ia sekali lagi mengalihkan perhatiannya
pada Damaskus, namun ia dibunuh oleh seorang budak pada tahun 1146 dan
digantikan oleh anaknya, Nuruddin.[4] Joscelin berusaha untuk merebut kembali Edessa dengan terbunuhnya Zengi, tapi Nuruddin dapat mengalahkannya pada November 1146.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar