7 Desa Terunik Yang Ada di Dunia
1. Desa Dengan 100 Kembar Identik
Tak
heran jika guru di sekolah itu mendapat tugas tambahan untuk menghapal
muridnya satu per satu. Kedua puluh pasang anak kembar itu berjenis
kelamin sama dan merupakan kembar identik. Para guru kerap salah saat
menyapa nama mereka. Apalagi setiap pasang anak kembar hanya dibedakan
dengan belahan rambut.
Salah satu pasangan kembar mengatakan, tanda lahir di leher merupakan salah satu pembeda mereka. Selebihnya mereka nyaris sama. Warga Desa Kodinji yang mayoritas muslim juga mengatakan, keberadaan anak kembar di desa itu bukan hal yang aneh. Mereka mengangapnya sebagai hal istimewa yang dianugerahkan Sang Pencipta.
Kebanyakan anak kembar juga lahir di rumah sakit yang sama. Menurut gynaecologist rumah sakit setempat, selama 10 tahun ia bekerja tercatat ada 100 hingga 150 kembar. Lima atau enam di antaranya kembar tiga. Kenyataan itu melahirkan misteri yang mengundang untuk diteliti lebih lanjut.
Salah satu pasangan kembar mengatakan, tanda lahir di leher merupakan salah satu pembeda mereka. Selebihnya mereka nyaris sama. Warga Desa Kodinji yang mayoritas muslim juga mengatakan, keberadaan anak kembar di desa itu bukan hal yang aneh. Mereka mengangapnya sebagai hal istimewa yang dianugerahkan Sang Pencipta.
Kebanyakan anak kembar juga lahir di rumah sakit yang sama. Menurut gynaecologist rumah sakit setempat, selama 10 tahun ia bekerja tercatat ada 100 hingga 150 kembar. Lima atau enam di antaranya kembar tiga. Kenyataan itu melahirkan misteri yang mengundang untuk diteliti lebih lanjut.
2. Desa Unik yang Mempunyai Penduduk Hanya Satu Orang
Adalah
seorang pria bernama Don Sammons (60th) yang sudah terbiasa tinggal
sendirian. Di rumah? Tidak! Dia tinggal di dalam sebuah desa aneh yang
hanya berpenduduk 1 orang, yaitu dirinya. Sendirian!
Desa
Buford terletak di Wyoming, Colorado, daerah perbukitan dengan suhu
rendah terlebih di musim dingin. Desa ini telah ditinggalkan oleh
seluruh penghuninya yang memilih untuk tinggal di tempat lain untuk
mencari penghidupan yang lebih baik karena merasa wilayah ini tidak
akan bisa berkembang. Namun tidak demikian dengan Kakek Sammons yang
kekeh untuk tetap tinggal di sana walaupun seorang diri.
Sammons
meninggalkan Los Angeles taun 1980 bersama istri dan anaknya dan
memilih menetap di Buford yang ketika itu masih dihuni oleh sekitar
2000 orang pekerja rel kereta api. Ketika istrinya meninggal 15 tahun
lalu, anaknya yang kini berusia 26 tahun pun memilih untuk pindah ke
kota Colorado.
Sammons
mengelola sendiri sebuah pom bensin kecil dan sebuah toko untuk
melayani mereka yang mampir dalam perjalanan lintas negara. “Dalam
sehari toko saya bisa dikunjungi 1000 orang di musim panas, namun
menurun hingga 100 orang saja di musim dingin,” kata Sammons yang
mengklaim dirinya sebagai raja di Buford.
3. Desa Dengan Penduduk Keterbelakangan Mental
Sebanyak
445 warga di tiga desa yakni Desa Patihan, Pandak, dan Sidoharjo,
Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, mengalami keterbelakangan mental atau
idiot. Kondisi ini diyakini sudah terjadi sejak 1970-an. Saat itu
terjadi kemarau berkepenjangan di lereng perbukitan Rajekwesi yang
menjadi awal malapetaka kemiskinan. Tiga desa tersebut bersebelahan
hanya dipisahkan oleh gugusan perbukitan Rajekwesi. Desa Sidoharjo
berada di lereng sebelah utara, Desa Karang Patihan di lereng timur,
sementara Desa Pandak berada di tenggara. Namun jarak antar desa
mencapai puluhan kilometer dipisahkan hutan dan perbukitan kapur.
Kepala
Desa Karang Patihan Daud Cahyono menuturkan, sejak kemarau menerjang,
kondisi desa di sekitar perbukitan menjadi tandus dan berkapur. Tak
sedikit warga yang kekurangan gizi, kekurangan iodium, sehingga
menyebabkan kebodohan.
Kepala Seksi Gizi Dinas
Kesehatan Kabupaten Ponorogo Iman Sukmanto membenarkan hal tersebut.
Menurut dia, salah satu penyebab keterbelakangan mental ratusan warga
adalah kekurangan iodium yang banyak terdapat pada garam atau kecap.
Untuk menghindari agar kasus idiot tidak berlanjut, Pemkab dan Dinkes
Ponorogo terus melakukan sosialisasi perbaikan gizi kepada masyarakat,
termasuk pembagian garam iodium gratis kepada seluruh warga.
Diharapkan generasi baru di kawasan tersebut tidak lagi mengidap keterbelakangan mental.
Pengidap
idiot parah yang sudah berusia lanjut dan tidak bisa beraktivitas sama
sekali, Pemkab berencana memberikan santunan berkala sampai penderita
habis.
4. Desa Kepiting
Sebuah
perkampungan yang warganya mengalami kelainan fisik ditemukan di Dusun
Ulutaue, Desa Mario, Kecamatan Mare, Bone, Sulawesi Selatan. Di sana,
puluhan penduduknya menderita kelainan di jari kaki dan tangan. Mulai
dari lanjut usia hingga bawah lima tahun, jari-jari mereka terbelah
menjadi dua hingga mirip capit kepiting.
Di Dusun Ulutaue, baik anak-anak maupun dewasa
memiliki jari terbelah dua dan terkadang hanya memiliki tiga ruas jari.
Alhasil, jika difungsikan, jari mereka mirip dengan kepiting. Fenomena
tersebut mereka anggap sebagai kutukan bagi mereka yang berasal dari
garis keturunan yang sama.
Kendati
demikian, mereka tak pernah malu dengan warga kampung lain. Bahkan hal
ini sudah menjadi hal biasa seperti takdir mereka. Bisa jadi, keanehan
tersebut terjadi lantaran asupan gizi yang kurang sejak usia dalam
kandungan. Maklum, pekerjaan mereka sehari-hari hanyalan nelayan.
Ironisnya, hingga sekarang belum satu pun tim medis atau pemerintah
setepat meneliti bahkan mengobati para penduduk di kampung itu.
Akibat
keanehan pada jari-jari mereka, sebagian warga kampung lain ada yang
merasa jijik bergaul dengan mereka. Tak hanya itu, perkampungan mereka
pun diberi sebutan 'Kampung Manusia Kepiting' oleh warga setempat.
5. Desa Berpenduduk Poligami
Dalam
hukum Amerika, berpoligami adalah kejahatan. Tetapi bagi 1200 warga
Centennial Park -kampung kecil di Colorado Arizona- berpoligami menjadi
impian. Bahkan para gadis justru ingin berbagi suami saat menikah
kelak. Mungkin ada yang bersikap moderat di tengah kontroversi soal
poligami, bahwa orang berpoligami merupakan pilihan dan kesepakatan.
Bahkan di AS yang menegaskan bahwa poligami adalah kejahatan, praktik
rumah tangga dengan dua atau beberapa cinta ternyata tetap ada. Sekitar
1200 penduduk Centennial Park, kampung kecil di dekat Colorado,
menunjukkan bahwa mereka berpoligami juga dengan alasan sendiri.
Berbeda dengan mayoritas warga AS, mereka menyebut komunitasnya
All-American Families (Keluarga Amerika Seluruhnya), dalam arti
sebenarnya.
Seperti
Ariel Hammon, 32, yang menikahi Helen, 30, yang memberinya tujuh orang
anak, kemudian menikahi Lisa, 20, yang memberinya dua anak. Bagi Ariel
dan dua istrinya berpoligami berarti menambah tenaga kerja untuk
membangun rumah-rumah baru. “Warga di Centennial Park pernah membangun
rumah baru di dekat rumah induk hanya dalam waktu dua hari. Itu karena
banyak anak, banyak sukarelawan,” kata Ariel kepada ABCNews. Cemburu
karena cinta berbagi? “Kami tidak pernah memikirkannya, justru ini yang
saya impikan sejak dahulu,” kata Helen, yang bekas siswa Ariel seperti
halnya Lisa. “Saya tidak masalah Ariel sudah menikah, itu saya anggap
bonus,” tambah Lisa.
Beberapa
penduduk yang ditanya soal seks, mengaku risih. Menurut mereka, para
remaja tetap menjaga keperawanan dan dilarang berciuman sebelum
menikah. Dan di tengah tergerusnya moralitas akibat merebaknya seks
bebas di AS, Centennial Park cenderung tertutup dan curiga dengan orang
asing. “Karena agama melarang (seks sebelum menikah),” kata seorang
penduduk.
Seorang
remaja putri, Michelle misalnya berharap suatu hari keperawanan akan
memberinya orang yang tepat. “Tak masalah apakah calon suami saya punya
enam atau tujuh istri. Laki-laki bukan milik kami, kami juga tidak
bisa menguasainya. Sebanyak apa pun istri yang diinginkannya, tak
masalah selama itu kehendak Tuhan,” kata Michelle.
Ariel
juga menilai program Big Love di televise HBO yang menggambarkan
intrik, kecemburuan dan saling menjatuhkan antara para istri, bukannya
kenyataan sebenarnya. Ariel menilai yang terpenting adalah menjaga
keutuhan rumah tangga dan mengasuh anak-anak sehingga seks bukan
prioritas. “Untuk seks, harus mencuri waktu karena banyak anak di
rumah. Tetapi seks adalah ekspresi cinta, banyak cinta di tempat ini,”
kata Ariel.
6. Desa Yang Penduduknya Hidup Tanpa Air Bersih
Lebih
dari 40 tahun warga Pedukuhan Wangon, Desa Kubangsari, Kecamatan
Ketanggungan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, hidup tanpa air bersih.
Mereka merasa hidup tak layak di negera merdeka. Desa yang berpenduduk
lebih dari 2.255 jiwa ini hidup tanpa air bersih.
Air
bersih bagaikan barang langka yang sulit didapat. Sementara pemerintah
daerah seolah menutup mata terhadap kesulitan warganya itu.
Konon
katanya, desa ini kena kutukan karena ada seorang nenek nenek yang
meminta air minum ke warga desa tapi ga ada yang ngasih.
Pemerintah ingin segera membangun sumur bor untuk mendapatkan air bersih, sayangnya hasilnya pun sia-sia.
7. Desa Tanpa Kasur
dusun
kasuran adalah salah satu dusun yang yang ada di desa margodadi
kecamatan sayegan, sleman. Sepintas emang gak beda sama dusun yang laen
gan, tapi satu hal yang membedakan adalah mayoritas penduduknya gak
tidur diatas kasur.
Tradisi
ini udah berlangsung turun-temurun sejak jaman nenek moyang, dan gak
cuma ditaati oleh orang-orang yang udah sepuh, tapi juga orang-orang
muda dan anak-anak. Meyoritas warga tidur hanya beralaskan tikar atau
dipan yang gak ada kasurnya.
Kebiasaan
ini tentunya bukan tanpa alasan, mitosnya aturan agar warga gak tidur
diatas kasur merupakan perintah dari Sunan Kalijaga. Dusun ini dulunya
emang pernah disinggahi Sunan Kalijaga ketika melakukan perjalanan
untuk menyebarkan agama Islam. Sunan Kalijaga berjalan dari Godean
menuju arah utara, antara lain melewati Dusun Grogol dan Tuksibeduk.
Sampai di Kasuran sekitar pukul 13.00-14.00 Sunan Kalijaga merasa
sangat lelah. Kemudian dia meminta salah satu warga agar menggelarkan
kasur untuk istirahat.
Ketika
akan melanjutkan perjalanan, Sunan Kalijaga berpesan agar warga jangan
sekali-kali tidur diatas kasur. Pesan tersebut masih dilaksanakan
sampe sekarang, bukan hanya buat penduduk asli tapi juga buat penduduk
baru.
Trus bagaimana
kalo dilanggar? menurut pengakuan penduduk setempat biasanya akan
terjadi hal-hal yang aneh. Seperti yang terjadi pada 11 orang mahasiswa
yang sedang KKN di daerah ini, sebelumnya mereka udah diberitahu
tentang peraturan tak tertulis yang dipercaya masyarakat, tapi gak tau
apakah mereka bener-bener percaya atau hanya manggut-manggut tapi dalam
hati menolak. Alhasil menjelang tengah malam 4 orang mahasiswa
teriak-teriak histeris, teman-temannya mengira 4 orang ini masuk angin,
setelah dipanggilkan dokter kondisi mereka tetap sama, setelah
dipanggilkan sesepuh barulah mereka bisa tenang.
Kisah
lain, salah satu warga Kasuran menidurkan anaknya yang masih kecil di
atas kasur. Tanpa diketahui sebabnya anak tersebut tiba-tiba mengalami
panas tinggi, menangis dan berteriak tanpa sebab yang jelas, setelah
ditidurkan di 'jogan' (lantai) baru berhenti menangis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar